Tuesday, April 19, 2011

Membuka Kisah Lama

Dari Gedung D, saya bermaksud mau sholat di Mushola. Sebelum Wudlu saya ketemu sama temen sejurusan (Gitta ma Nungki), mereka lagi duduk santai sambil ngobrol. di Selasar lagi ada bazar buku, saya selalu tertarik dengan buku-buku. Ada banyak pilihan buku yang disajikan di situ. Tetapi dari dulu saya selalu tertarik dengan novel apalagi pengarangnya yang saya sukai.

Yang kulihat pertama adalah buku dari DanBrown yang judulnya The Lost Symbols, menurutku buku itu bagus banget. saya membutuhkan waktu setengah tahun untuk menyelesaikan membaca buku itu. waktu yang sangat lama.Tapi saya menikmatinya, itulah hal yang menarik. Tidak perlu memaksakan diri untuk bisa menyelesaikan sebuah bacaan dengan cepat. Tidak ada orang yang akan komplain ataupun protes ketika kita membaca terlalu lama, dengan catatan buku yang kita baca adalah buku kita sendiri (bukan minjam). orang mungkin hanya akan berkomentar, "kamu baca atau apa? saya bisa menyelesaikannya dalam waktu 1 minggu." atau mungkin ada yang bisa menyelesaikannya dalam waktu 3 hari bahkan 1 hari. Saya mengaguminya tentu saja. Tapi jangan bertanya apa isi buku itu, saya sulit untuk menjelaskannya. Sebenarnya saya lupa bagian awalnya apa ya? Karena waktu 6 bulan bukan waktu yang singkat. Kalau ada yang bilang itu waktu yang singkat, saya rasa dia perlu dipertanyakan tinggal di mana.

Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang Dan Brown karena sungguh saya benar-benar lupa apa isinya. Yang saya tahu tokohnya adalah Robert Langdon. Jangan bertanya lagi. Saya berharap kalian berminat membaca buku itu. Recommended.

Setelah melihat-lihat cover buku The Lost Symbols, saya melihat buku Tere Liye. Saya begitu excited melihat bukunya. Judul bukunya adalah Ayahku Bukan Pembohong. Dari judulnya saya belum bisa tahu bagaimana ceritanya. Kemudian saya membalik bukunya, di situ ada sinopsisnya. Kalimat pertamanya,"Kapan terakhir kali kau memeluk ayahmu?". Kalimat itu saya ulang berkali-kali. kemudian saya menunjukkan kalimat dalam buku itu sama temen-temenku. Salah satu temen laki-laki berkata, "Saya setipa hari memeluk ayahku, karena kami setiap hari bertemu." Apa yang ada dalam pikirannku, saya membayangkan bagaimana ia memeluk ayahnya. Lalu saya tersenyum dalam hati. Temenku yang lain berkata, "Sudah Si, ga usah diomongin lagi." saya berpikir kenapa? Tentu saja saya tahu yang dia pikirkan dan saya berhenti untuk mengucapkannya di situ. Tetapi bukan berarti saya tidak memikirkannya. Ketika membaca pertama kali kalimat itu, ingatan saya seperti terbuka kembali. Saya kangen Ayahku. Kangen sekali dan ingatan yang lain melesat jauh ke masa lampau. Tapi sungguh sulit sekali mendapatkan memori itu. Berusaha dengan keras mencari jauh ke dalam. Kamu pernah mencari sesuatu, tapi kamu lupa di mana meletakkannya dan dengan frustasi kamu mulai marah terhadap orang-orang yang ada di sekitarmu. Seperti itulah yang saya rasakan. Marah, benci, kangen, risau meluap-luap jadi satu. Pada akhirnya saya tidak bisa mengingat kenangan terakhir kali saya memeluknya. Bau badan itu masih bisa saya rasakan sampai sekarang, mungkin sebenarnya Beliau ada di dekatku. Melihat dan menjagaku dengan tidak terlihat. Yang bisa saya ingat adalah ciuman terakhir untukmu di keningmu. Bapak,,,, sekarang saya tidak ingin mengingatmu dengan tetesan air mata. Setiap kali mengingatmu saya akan tersenyum atau tertawa karena ingat bagaimana tingkah polahku waktu dulu.

Saya berharap bisa membeli buku itu di hari ulang tahunku yang ke-19. Agar aku selalu ingat kalimat pertama itu. Saya suka kalimat itu dan saya berharap orang-orang bisa melakukannya dengan hati yang tulus dan menyimpannya dalam memori yang tidak bisa dilupakan.

Saturday, April 16, 2011

pengalaman jadi divisi konsumsi Sekolah Fisip

Selama kuliah di unpad, saya telah mengikuti beberapa kegiatan. Walaupun masih dalam lingkup fakultas (Fisip). Saya senang bisa mengikuti banyak kegiatan, karena bagi saya ini pengalaman baru yang tidak pernah saya lakukan ketika saya di SMA. Dulu di SMA, saya pernah mengikuti Pramuka sih, tapi hanya sampai Bantara dan itu pun hanya satu semester di kelas satu. begitu kelas dua, saya sama sekali ga pernah ikut kegiatan pramuka lagi. setiap kali disuruh kumpul, pasti kabur (ga profesional). Sebenarnya bukan itu alasan utama saya ga aktif dalam organisasi atau kegiatan. ga perlu taulah. hehe.
Ketika saya masuk dalam dunia kampus, saya ingin mencoba pengalaman baru menjadi mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan (songkil n sok eksis). Pertama kali ikut kepanitiaan, (kalo ga salah) saya ikut kepanitiaan sekolah fisip, di formulir yang diberikan disuruh mengisi tiga divisi yang ingin dipilih. saya memilih translog sebagai pilihan pertama, lalu konsumsi sebagai pilihan kedua kemudian tutor sebagai pilihan ketiga (kayak milih jurusan snmptn yah). sebelum milih divisi-divisi itu saya bertanya sama kakak saya. Bagaimana divisi-divisi itu bekerja? dia kemudian menjabarkan panjang lebar. kemudian dia bilang, ambil divisi yang ga terlalu berat (gradenya paling rendah), misalnya konsumsi, logistik. saya pikir, ok kita mulai dari bawah (yg ga da mikir-mikirnya). Melalui proses wawancara yang membuat saya deg-degan (ceilah kayak wawancara beasiswa aja), saya masuk dalam divisi konsumsi. dan ternyata saya satu divisi sama gitta (temen seperjuangan). Dia yang dulu mengajakku untuk ikut Sekolah Fisip. Kenapa saya ga ketrima di divisi Tranlog, karena postur tubuh (itu menurutku, kasian) dan kenapa ga masuk divisi tutor otak kayaknya ga nyampe deh atau dilihat dari muka ga bisa ngajar atau gradenya lebih tinggi dibanding konsumsi. (itu menurutku)
Divisi konsumsi Sekolah Fisip adalah perjalanan awal saya ikut kepanitiaan-kepanitian selanjutnya. Saya menikmati kegiatan saya, walaupun setiap kamis dan sabtu saya harus meluangkan waktu untuk kegiatan ini. kadang terasa begitu berat (karena harus mikir gimana cara meminimalisir budget konsumsi tpi tetap dengan kualitas yang bagus (sedikit menyesal).
Tapi buat apa menyesal , itu pilihanku dari awal (belajar profesional). Setiap kamis ada rapum, waktu awal-awal males minta ampun (mending tidur) capek setelah kuliah. tetapi karena ada absen dan iming-iming dapat sertifikat mulai untuk bisa meluangkan waktu. saya pikir ini bagian dari proses untuk bisa bertanggung jawab walaupun hal tersebut harus dipancing dengan sesuatu. Hari jum'at waktunya mesen makanan (untung ibu koorku baik) dia yang hampir memikirkan semua yang harus dibeli konsumsi. saya ikut bantu-bantu sedikit. Hari sabtu pagi saya sudah dapat sms untuk mengambil makanannya. Baru bangun belum mandi, saya langsung ngambil makanan. (kayak kuli) dan ternyata itu lumayan lah beratnya. Mungkin waktu pelaksanaan Sekolah Fisip, saya terkesan gaji buta. Tapi job desk saya hanya bagiin konsumsi dan itu hanya sekali (membela diri). saya cenderung jarang bergabung dengan anak-anak SD-nya langsung. Begitu SF selesai, sebagian barang SF ada di tempat saya (menuhin kamar aja), tapi saya senang bisa membantu Logistik. Setelah selesai SF, besoknya tangan saya pegel-pegel. Hasil dari ngangkat-ngangkat makanan, air mineral, atau barang logistik yang lain.

Dari kepanitiaan SF, saya belajar banyak hal : belajar disiplin terhadap waktu, belajar menghargai teman, belajar untuk profesional (mengutamakan prioritas) bukan berarti saya harus selalu datang, tetapi belajar mengatur waktu, kenal dengan teman jurusan lain di Fisip, arti kebersamaan, curhat bareng Gitta, Ninu, Lita.