Thursday, May 21, 2015

Pulang kampung

Lelah mendera sekujur tubuh selepas perjalanan panjang melintasi jalur sepanjang tidak kurang dari 400 km. Melewati banyak kota dan kabupaten di tiga propinsi rasanya cukup membuat sendi tak berdaya. Tidur panjang di jok kursi penumpang bus malam sendirian sungguh tak enak. Tetapi tetap nikmat bersender di bahu bapak di sebelah yang memangku satu anak. Maafkan aku bapak, tubuh ini sudah tak sadar bila dalam dunia mimpi. Tak ada pembicaraan antara kita sebelumnya. Tak perlu basa basi. Pulang kali ini tidak bertujuan untuk mencari relasi. Namun tetap saja ada seorang kakek yang mengganggu di seberang tempat dudukku. Walaupun telah memasang tampang paling nyebelin masih saja ditanya pertanyaan yang males untuk dijawab. Bukan bermaksud tidak sopan akan tetapi aku memilih menjawab singkat tanpa basi-basi. Ketidaknyamanan ini tidak perlu ditambah dengan pertanyaan standar, "mau kemana? dan tinggal dimana?" Sebagai penumpang yang baik lebih baik untuk menghargai privasi orang lain dalam perjalanan yang panjang. Terkecuali jika lawan bicara menunjukkan kesediaannya untuk berbincang.
Bus berjalan menembus jalan bebas hambatan. Sesekali berhenti untuk mengangkut penumpang dan mengisi bahan bakar. Pengamen dan pedagang asongan sibuk menjajakan jualannya. Kupaksa tanganku mencari recehan di kantong jaket sisa kembalian. Satu dua pengamen kumasukkan uang ke dalam tempat yang disodorkan. Setelah kesekian aku hanya menatapnya dan pura-pura tak mendengar. Sikap ini pun banyak ditunjukkan mereka yang menghuni bus malam ini. Di terminal Kalideres, dua bocah pengamen masuk ke dalam bus dan mulai bernyanyi. Entah lagu apa yang dinyanyikan aku tak begitu memperhatikan. Pukul 03.15 sore bus meluncur ke jakarta.
Headset terpasang rapi di telinga. Kerudungku udah tak tau gimana. Asal bisa tidur nyenyak sudah tak peduli.
Tengah malem bus berhenti di tempat makan. Semua penumpang turun terpaksa aku juga ikut turun. Ngantri makan sebentar kemudian memilih tempat duduk di ujung. Sendirian. Selesai makan aku kembali ke bus. Namun sayangnya aku lupa warna bus yang aku tumpangi. Bus melaju dengan kencang.
Sampai di Brebes, terjadi kecelakaan yang mengakibatkan satu bus malam terhantam sesuatu sampai ringsek bagian depannya. Menghalangi jalan. Tak sampai membikin macet jalan. Bus melewatinya pelan-pelan.
Sepanjang jalan aku tertidur pulas. Tak tahu sudah sampai mana.
Terbangun di tengah jalan ketika sang kondektur teriak teriak, "Demak Demak, siapa yang turun Demak?" Dengan cepat aku menyahut, "Saya saya saya." Kusambar tasku di atas kepala. Segera turun di depan Masjid Agung Demak dan menurunkan bawaanku dari bagasi bus.
Akhirnya sampai juga di kampung halaman. Yeay yes.
Terbayar sudah perjalanan semalam yang cukup melelahkan.
Sampai jumpa lagi pada trip selanjutnya.
Happy holiday.