Saturday, July 25, 2015

Mengenangmu

Hari ini kami memperingatimu. Ya sepuluh tahun sudah engkau telah meninggalkan keluarga ini. Kami terus berjalan. Time flies so fast. Namun kenangan tidak mudah hilang begitu saja. Walaupun hidup harus terus menatap ke depan, seolah-olah engkau selalu ada.
Aku tumbuh dewasa, menjadi perempuan yang telah memikirkan masa depannya sendiri. Tak lagi selalu memanggil namamu setiap pagi jika perlengkapan sekolahku hilang. Bagaimana mungkin aku lupa? Kadang aku ingin menghapusnya atau setidaknya menyimpan rapi semua memori tentangmu? Ada masanya semua menjadi menyakitkan. Aku masih labil menghadapi dunia. Belum menemukan titik balik dalam hidupku. Selalu mencari jawaban dari setiap keadaan yang tak semestinya. Mencari arti dari yang hilang. Engkau tak lagi bisa menjawab pertanyaanku. Mungkin kau bisa mendengar keluh kesahku, tapi aku tak mampu menjangkau duniamu. Selalu muncul pertanyaan bodoh dalam kepalaku jika suatu saat aku berada dalam masalah. Bisakah engkau kembali? Mustahil. Lalu aku menyadari, aku tak pernah benar-benar membiarkanmu pergi.
Kedewasaan tidak diukur dari usia seseorang, begitu kata pepatah. Siapa yang mengatakannya? Aku pun tak tahu. Tapi mungkin benar untuk keadaanku saat ini, aku belum dewasa. Saat itu akan datang ketika nanti aku telah mampu membiarkan yang telah pergi dan mempersilahkan orang yang akan datang. Untuk sampai pada tahap itu, aku harus belajar. Yang pertama dan utama adalah belajar mengendalikan diri. Sulit memang untuk dilakukan tapi aku yakin bisa melewatinya. Anggap saja ujian hidup. Semua orang punya masalah dan seharusnya mampu melewatinya. Kecuali orang-orang yang memutuskan untuk lari dari keadaan.
Saat ini aku ingin mengingat engkau dalam suasana yang damai dan tentram. Aku berharap engkau melihatku dan mendengarku. Saat ini aku hanya ingin didengarkan. Lalu semua menjadi baik.
Engkau adalah pribadi yang kalem, tidak banyak bicara dan menyimpan banyak cerita hidup. Sebagian diriku ingin menjadi seperti dirimu. Walau tak semua darimu sempurna tapi kau teladan yang baik. Sebisa aku mengingat engkau adalah orang yang tulus dan penuh kasih terhadap siapa pun. Kisah hidupmu memberikan banyak pelajaran untukku untuk sabar dalam menghadapi sesuatu. Aku belum mencapai itu dan masih terus belajar. Engkau tak lagi mengajariku makna hidup tapi tak apa. Kau tetap selalu di hatiku.

Aku masih menjadi anak perempuanmu. Bagiku engkau tetap hidup dalam diriku. Kapan pun aku membutuhkanmu, aku berharap engkau ada di sana sedang mendengarkanku. Bapak, aku tak lagi menangis ketika mengingatmu. Aku bahagia terlahir sebagai anakmu.

No comments: